Jika pikirmu dunia cukup
rubahlah...
Jika pikirmu akherat cukup
rubahlah...
Dunia tidak berhenti dengan kematian
Kematian tidak berhenti dengan kematian
Kematian hanyalah pintu
Untuk membuka akherat
Jika pikirmu dunia cukup
jangan teruskan...
Berhenti dan ganti
Jika pikirmu dunia saja
Kau akan sengsara
Akherat pasti ada
Tapi jangan lupakan dunia
Dunia memang nyata
Akherat nyatanya ada
Dunia dan akherat
sama nyata, sama ada
Jangan dipilih
Tapi ambil semuanya
By A Sayid
(19 Oktober 2009, pukul 22.35)
Selamat Datang
Anda telah berlabuh di tempat yang tepat. menambah wawasan, menambah teman, menambah persaudaraan
Senin, 26 Oktober 2009
Jumat, 16 Oktober 2009
Galau
Ya Allah...
Betulkah ini aku
Betulkah aku...
Hambamu yang dulu
Aku bimbang
Ragu dan tak percaya
Betulkah ini aku
Betulkah ini aku yang dulu
Ku ambil cermin
tapi retak
Ku cari telaga
Tapi airnya keruh
Aku tak terlihat
Bayanganku tak ada
Betulkah ini aku
Betulkah aku yang dulu
Hatiku perih
Ada rasa sesal dalam dada
Kenapa aku jadi begini
Kenapa aku tak seperti yang dahulu
Aku mencoba mencari
Membongkar, melempar
Tumpukan masa lalu yang tak berguna
Setitik jawaban aku temukan
Namun tiba-tiba lenyap
Hilang tak berbekas
dan titik itu hilang kembali
Ya Allah...
Beri aku jawabannya
Beri aku jalan-Mu
Agar jalanku terlihat nyata
Tak gelap dan tak gulita
(16 oktober 2009, pukul 17.30)
Betulkah ini aku
Betulkah aku...
Hambamu yang dulu
Aku bimbang
Ragu dan tak percaya
Betulkah ini aku
Betulkah ini aku yang dulu
Ku ambil cermin
tapi retak
Ku cari telaga
Tapi airnya keruh
Aku tak terlihat
Bayanganku tak ada
Betulkah ini aku
Betulkah aku yang dulu
Hatiku perih
Ada rasa sesal dalam dada
Kenapa aku jadi begini
Kenapa aku tak seperti yang dahulu
Aku mencoba mencari
Membongkar, melempar
Tumpukan masa lalu yang tak berguna
Setitik jawaban aku temukan
Namun tiba-tiba lenyap
Hilang tak berbekas
dan titik itu hilang kembali
Ya Allah...
Beri aku jawabannya
Beri aku jalan-Mu
Agar jalanku terlihat nyata
Tak gelap dan tak gulita
(16 oktober 2009, pukul 17.30)
Sesal
Menggulung waktu
Mengulur sesal
Rasa tak percaya
Bergumul, debu mengepul
Tak ada rupa
Tak ada apa
Hampa, kosong bagai lorong
Mencoba meratap
Menatap dibalik tirai
Malu dengan kesombongan
Sembunyi mengucil diri
Bilakah hikmah berada
Bilakah hikmah terbaca
Bilakah hikmah merubah
Jalan lurus di depan mata
Jangan berbalik
Jangan mendelik
Yakinlah dalam dada
esokmu...
pasti kan lebih cerah
(16 oktober 2009, pukul 15.30)
Mengulur sesal
Rasa tak percaya
Bergumul, debu mengepul
Tak ada rupa
Tak ada apa
Hampa, kosong bagai lorong
Mencoba meratap
Menatap dibalik tirai
Malu dengan kesombongan
Sembunyi mengucil diri
Bilakah hikmah berada
Bilakah hikmah terbaca
Bilakah hikmah merubah
Jalan lurus di depan mata
Jangan berbalik
Jangan mendelik
Yakinlah dalam dada
esokmu...
pasti kan lebih cerah
(16 oktober 2009, pukul 15.30)
Gejolak Rindu
Rinduku membuncah
Menggunung...
Menjulang mencakar langit
Sukmaku terbang
Melesat...
Menembus awan beriring
Sisiku hampa
Hanya angin lalu
Berhembus selembut sutera
Merangkul hati gelisah
Sedang apa kau cintaku
Rindu juakah dirimu
Gundah juakah kasihmu
atau...
Rasamu sudah tak ada
Aku melangkah
Gontai dalam asmara
Hampr tak kuasa
Menahan gejolak rasa
(16 oktober 2009, pukul 15.15)
Menggunung...
Menjulang mencakar langit
Sukmaku terbang
Melesat...
Menembus awan beriring
Sisiku hampa
Hanya angin lalu
Berhembus selembut sutera
Merangkul hati gelisah
Sedang apa kau cintaku
Rindu juakah dirimu
Gundah juakah kasihmu
atau...
Rasamu sudah tak ada
Aku melangkah
Gontai dalam asmara
Hampr tak kuasa
Menahan gejolak rasa
(16 oktober 2009, pukul 15.15)
Lentera
Berandaku meredup
Cahayanya mulai berkurang
Dua lenteraku telah pergi
Tinggal dua lentera kini tersisa
Padahal kemarin...
Satu hari yang lalu
Lenteraku masih 4
Padahal kemarin...
365 hari yang lalu
Lenteraku masih lima
Padahal kemarin...
730 hari yang lalu
Lenteraku masih enam
Wahai kawan
Kita semua tahu
Lentera kita akan pergi
Satu per-satu
Dan kita pun tahu
Setiap lentera pergi
Muncul kembali lentera pengganti
Tapi...
Tahukah wahai kawan
Mengapa lentera pengganti
Tidak se-terang lentera yang pergi
Tidak se-benderang lentera yang pergi
Jika inginmu wahai kawan...
Beranda kita terus bercahaya
Bantulah aku...bantulah aku...
Mencari lentera pengganti
Se-terang lentera yang pergi
(16 oktober 2009, pukul 20.00)
Cahayanya mulai berkurang
Dua lenteraku telah pergi
Tinggal dua lentera kini tersisa
Padahal kemarin...
Satu hari yang lalu
Lenteraku masih 4
Padahal kemarin...
365 hari yang lalu
Lenteraku masih lima
Padahal kemarin...
730 hari yang lalu
Lenteraku masih enam
Wahai kawan
Kita semua tahu
Lentera kita akan pergi
Satu per-satu
Dan kita pun tahu
Setiap lentera pergi
Muncul kembali lentera pengganti
Tapi...
Tahukah wahai kawan
Mengapa lentera pengganti
Tidak se-terang lentera yang pergi
Tidak se-benderang lentera yang pergi
Jika inginmu wahai kawan...
Beranda kita terus bercahaya
Bantulah aku...bantulah aku...
Mencari lentera pengganti
Se-terang lentera yang pergi
(16 oktober 2009, pukul 20.00)
Ada dan Tiada
Ada dan Tiada
Setelah ada
Lalu tiada
Sebentar ada
Sebentar tiada
Sudah tiada
Kembali ada
Tak ada lagi tiada
Tak ada lagi ada
Tersiksa tiada ada
Semua siap ada
Tapi Tiada
Tunggu kalanya
Ada dan tiada
Tak ada lain kata
Siap ada
Siap tiada
Siapkah manusia...
Dirimu tiada
dan tersiksa tiada ada
(16 oktober 2009, 20.30 WIB)
Setelah ada
Lalu tiada
Sebentar ada
Sebentar tiada
Sudah tiada
Kembali ada
Tak ada lagi tiada
Tak ada lagi ada
Tersiksa tiada ada
Semua siap ada
Tapi Tiada
Tunggu kalanya
Ada dan tiada
Tak ada lain kata
Siap ada
Siap tiada
Siapkah manusia...
Dirimu tiada
dan tersiksa tiada ada
(16 oktober 2009, 20.30 WIB)
Bicaralah . . . .
Dia menjauh
Menghindar dariku tanpa kata
Menyelinap di balik gulita
Kala aku bersua padanya
Dia membisu
Membungkam rapat sampai penuh
Ku lihat di matanya galau
Ada sembab ada pilu
Wahai tautan hatiku
Bicaralah...bicaralah...bicaralah...
Aku hanya orang bodoh
Tak mampu menyingkap makna
Jika ada tidak setujumu
Jangan kau mematung
Jangan kau memasung
Jangan kau mengapung
Merana bak tak ada labuh
Bicaralah...ungkapkanlah...curahkanlah...
Isi hatimu padaku...
oktober 2009
Menghindar dariku tanpa kata
Menyelinap di balik gulita
Kala aku bersua padanya
Dia membisu
Membungkam rapat sampai penuh
Ku lihat di matanya galau
Ada sembab ada pilu
Wahai tautan hatiku
Bicaralah...bicaralah...bicaralah...
Aku hanya orang bodoh
Tak mampu menyingkap makna
Jika ada tidak setujumu
Jangan kau mematung
Jangan kau memasung
Jangan kau mengapung
Merana bak tak ada labuh
Bicaralah...ungkapkanlah...curahkanlah...
Isi hatimu padaku...
oktober 2009
Langganan:
Postingan (Atom)